Kekuatan Motivasi dalam Kepenulisan Karya Ilmiah Mahasiswa

Oktober 27, 2013

Pada masa kegemilangan Islam, kaum intelektual berlomba-lomba menulis. Banyak dari mereka yang menghasilkan karya-karya—terutama karya ilmiah—berkualitas. Mereka berkarya untuk kemajuan masyarakat di berbagai bidang, baik pertanian, pengobatan, atau bidang teknologi. Kaum intelektual tersebut tidak terkecuali para pelajar khususnya mahasiswa. Mahasiswa memiliki banyak potensi. Mereka muda, memiliki idealisme tinggi, fisik yang kuat, semangat dan keberanian yang membara, dan tentunya intelektualitas yang memadai. Modal-modal itulah yang menjadikan mahasiswa layak dimasukkan ke golongan kaum intelektual. Kaum intelektual yang melalui karyanya mereka dikenal dan dikenang.
Berbicara soal keintelektualan mahasiswa, erat kaitannya dengan aktivitas. Menulis adalah salah satu aktivitas mahasiswa yang sering dikritisi. Saat ini menulis bagi sebagian mahasiswa begitu memberatkan dan melelahkan, namun tidak sedikit mahasiswa yang mengaku menikmati kegiatan menulis ini. Melihat fakta di sekitar, mahasiswa saat ini ternyata kurang berminat di bidang kepenulisan karya ilmiah dibandingkan karya populer. Dapat dikatakan kemampuan menulis ilmiah mahasiswa memang rendah karena beberapa alasan. Namun, alasan ini semua tidak akan jauh-jauh dari motivasi mereka untuk menulis ilmiah, menulis populer atau tidak menulis sekalipun.
Sebenarnya masalah rendahnya kemampuan menulis ilmiah di kalangan mahasiswa berkaitan erat dengan tujuan hidup mereka. Mengapa tujuan hidup menjadi perspektif yang penting? Sadar atau tidak, manusia melakukan segala hal di kehidupan ini berdasarkan hasil pemikiran atas tujuan hidupnya. Hasil pemikiran inilah yang akan mengarahkan seseorang mau ke kanan atau ke kiri, ke depan atau ke belakang, atau bahkan mengambil keputusan untuk tidak memilih bergerak sekalipun.
Tujuan hidup akan melahirkan motivasi. Motivasi sebagai pendorong mahasiswa melakukan setiap aktivitas dalam hidupnya, tak terkecuali menulis. Syarif (2009:1) menjelaskan ada tiga hal yang menjadi pendorong manusia melakukan suatu aktivitas, yaitu dorongan materi, dorongan emosi, dan dorongan spiritual. Dapat dikatakan dorongan yang pertama merupakan motivasi yang paling lemah karena hanya sesaat dan mudah dipatahkan. Motivasi ini semata-mata hanya bersifat materi. Misalnya, mahasiswa menulis karya ilmiah hanya berdasarkan besarnya royalti yang akan di dapat. Dorongan kedua, yaitu dorongan emosi yang jauh lebih kuat dan efektif dibanding dorongan pertama karena motivasi ini bersumber dari dorongan emosi dan perasaan seseorang. Meski demikian, motivasi ini ternyata tidak konstan dan tahan lama, sebab tergantung kondisi kejiwaan seseorang. Ketika kondisi kejiwaannya berubah, motivasinya juga akan berubah. Disini dorongan spiritual sangat penting yaitu sebuah kesadaran bahwa yang dilakukan semata-mata untuk mencari ridho Ilahi. Motivasi inilah yang jika dibandingkan dengan sebelumnya merupakan yang paling kuat, tahan lama, dan bersifat jangka panjang. Itu karena motivasi ini datang dari keyakinan dan nilai-nilai yang dianut seseorang. Motivasi ini lahir dari kesadaran akan tujuan hidup seseorang yang berkaitan erat dengan Tuhan Yang Maha Pencipta sekaligus Pengatur seluruh kehidupan. Motivasi ini bahkan mampu mendorong seseorang melakukan aktivitas apa saja seberat apapun itu. Meski kadang gagal dan kehilangan yang telah dikorbankannya, tidak akan pernah merasa putus asa atau menyesal jika didasari motivasi ini.
Jika motivasi menulis hanya mengejar materi maka akan dengan mudah digoyahkan. Jika hanya sekedar syarat beasiswa, karya ilmiah—misalnya PKM—kadang kurang berkualitas dan ditulis asal-asalan. Sebenarnya tidak semuanya seperti itu, terbukti masih banyak karya ilmiah berkualitas dari mahasiswa yang ingin mengembangkan ide mereka dalam bentuk karya ilmiah tanpa hanya didasari dorongan materi tersebut.
Banyak juga mahasiswa yang berdalih tugas kuliah saat ini begitu tidak manusiawi. Hampir seluruh waktu digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah, baik tugas harian, laporan bulanan sampai proyek semesteran. Walaupun hal ini banyak yang mengiyakan, tidak sedikit pula yang menolak. Terbukti banyak jurusan yang sebenarnya tidak sesibuk yang disebutkan. Jika dikembalikan ke motivasi, mahasiswa sebenarnya mampu untuk tetap menulis meskipun tugas selalu bertambah setiap hati, walaupun waktu bersenang-senangnya dikurangi.
Dapat dikatakan bahwa semua motivasi yang berkembang karena materi tersebut bermuara pada satu sumber yang mengarahkan pada pengaruh budaya barat yang mengarahkan tujuan hidup mahasiswa saat ini hanya untuk bersenang-senang saja atau yang sering disebut dengan hedonisme. Budaya ini pula yang mengakibatkan mahasiswa saat ini malas untuk melakukan hal yang dinilai kurang menyenangkan dan kurang bermanfaat. Mereka juga malas untuk membaca yang sering dikatakan sebagai modal dasar sumber kepenulisan.
Seharusnya mahasiswa memiliki motivasi yang kuat dalam dirinya untuk melakukan setiap aktivitasnya, khususnya di sini adalah aktivitas menulis ilmiah. Dengan empat modal dasar mahasiswa, harusnya membuat mereka sendiri berpikir akan potensinya dan menggerakkan dirinya untuk bertindak cerdas dan ikhlas, karena setiap ketikan tulisan ilmiah mahasiswa akan mengalirkan pemikiran cerdas dan bermanfaat untuk masa depan.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Nam cu odio vocibus, cu eam graece iisque. Ius ceteros antiopam cu, per cibo illud verear an

Flickr Images

Featured